Gak Ikut Arus Korean Wave = Gak Gaul?!
Ini pandangan pribadi saya terhadap Korean Wave, khususnya menyoroti tentang drama korea, jadi saya pastikan ini subjektif dan kalau anda tersinggung, ya maaf deh :)
Beberapa waktu yang lalu saya pernah ngobrol dengan seorang kenalan yang pada saat itu membicarakan tentang drama korea. Disitu saya bilang kalau saya gak bisa liat drama korea karena menurut saya, drama korea yang sering saya liat sekilas di televisi maupun dari sekilas yang teman-teman saya bicarakan itu adalah drama yang genre nya romance dan kebetulan saya ini gak terlalu bisa nonton yang seperti itu.
Selain itu entah kenapa drama korea yang ada di sekitar saya itu pasti tipe drama yang hedonis, drama yang setting ceritanya bermewah-mewah dan saya tidak menangkap adanya budaya korea itu sendiri. Maka dari itu, saya jadi bertanya, apakah semua orang korea itu bermewah-mewah? Kemana-mana pakai mobil mewah?!
Memang sih saat melihat drama korea yang sekilas itu saya otomatis langsung membandingkan dengan drama dari negeri tetangganya, yakni Jepang. Saya tau drama jepang (selanjutnya saya akan memakai istilah dorama) banyak yang genre nya romance tapi gak se-serius drama korea (romantic comedy).
Di samping itu, menurut saya dorama itu memasukkan unsur budaya jepang, memang ada yang hedonis tapi menurut saya balance dengan kesederhanaannya dan di dorama saya bisa memilih genre dan setting cerita (saya suka cerita yang ber-setting kehidupan sekolah, keluarga, segala sesuatu yang minim cerita cinta yang terlalu dewasa) dan cerita cinta yang benar-benar hanya sebagai bumbu pelengkap bukan cinta sebagai bahan utama.
Jadi, ikut atau tidak ikut arus Korean Wave itu pilihan sih menurut saya bukan gaul atau gak gaul, dan itu juga termasuk dalam urusan musik, maaf saya gak tertarik. Bukan gak bagus musiknya, easy listening cuma memang gak bisa untuk mendengarkan dan melihatnya karena bagi saya terlihat sangat hedonis.
Karena sesungguhnya semua itu adalah pilihan......
Beberapa waktu yang lalu saya pernah ngobrol dengan seorang kenalan yang pada saat itu membicarakan tentang drama korea. Disitu saya bilang kalau saya gak bisa liat drama korea karena menurut saya, drama korea yang sering saya liat sekilas di televisi maupun dari sekilas yang teman-teman saya bicarakan itu adalah drama yang genre nya romance dan kebetulan saya ini gak terlalu bisa nonton yang seperti itu.
Selain itu entah kenapa drama korea yang ada di sekitar saya itu pasti tipe drama yang hedonis, drama yang setting ceritanya bermewah-mewah dan saya tidak menangkap adanya budaya korea itu sendiri. Maka dari itu, saya jadi bertanya, apakah semua orang korea itu bermewah-mewah? Kemana-mana pakai mobil mewah?!
Memang sih saat melihat drama korea yang sekilas itu saya otomatis langsung membandingkan dengan drama dari negeri tetangganya, yakni Jepang. Saya tau drama jepang (selanjutnya saya akan memakai istilah dorama) banyak yang genre nya romance tapi gak se-serius drama korea (romantic comedy).
Di samping itu, menurut saya dorama itu memasukkan unsur budaya jepang, memang ada yang hedonis tapi menurut saya balance dengan kesederhanaannya dan di dorama saya bisa memilih genre dan setting cerita (saya suka cerita yang ber-setting kehidupan sekolah, keluarga, segala sesuatu yang minim cerita cinta yang terlalu dewasa) dan cerita cinta yang benar-benar hanya sebagai bumbu pelengkap bukan cinta sebagai bahan utama.
Jadi, ikut atau tidak ikut arus Korean Wave itu pilihan sih menurut saya bukan gaul atau gak gaul, dan itu juga termasuk dalam urusan musik, maaf saya gak tertarik. Bukan gak bagus musiknya, easy listening cuma memang gak bisa untuk mendengarkan dan melihatnya karena bagi saya terlihat sangat hedonis.
Karena sesungguhnya semua itu adalah pilihan......
Comments
Post a Comment